Tiap gadis pasti berharap akan datangnya Cinta. Impian dan imajinasi akan sosok pria bak pangeran yang kelak akan menjemput gadisnya untuk dapat hidup bersama. Yah itu wajar jika sebagian gadis mempunyai harapan atau impian seperti itu. Begitupula kisah Maria dalam Eleven Minutes karya Paulo Coelho. Bermula dari cinta pertama Maria yang terpendam, tak sempat ia sampaikan pada usia sekitar 11 tahun membuat dia menyesal dan meninggalkan kenangan dalam relung jiwanya. Sampai ia beranjak dewasa dan memutuskan untuk pergi keluar dari tanah kelahirannya Brasil ke Swiss untuk mencari sensasi yang beda dalam karirnya dan berharap suatu saat ada seorang pria kaya yang melamarnya. Kepergiannya ke Swiss ternyata tak semulus yang ia pikirkan,keadaan malah menuntun dia menjadi seorang pelacur di tempat yang asing. Dengan menjadi pelacur dia semakin jauh dari cinta yang ia harapkan, yang ada malah dia harus melebur diri dan berusaha menemukan cara untuk menikmati seks. Uang dengan mudah ia raup tapi kepuasan seks untuk dirinya sendiri sama sekali tak ia dapatkan, sampai dia bertemu dengan tamu istimewanya yang mengajarkan cara mencapai nikmatnya seks,Maria benar-benar dapat menikmati apa yang disebut seks di dalam kesakitan dan penderitaan atau bisa disebut masokis.
Ia berusaha untuk tak jatuh cinta dengan para tamunya bahkan dia hampir tak mempercayai jika cinta murni dan tulus akan ia jumpai. Sampai suatu saat dia menjumpai Ralf Hart yang mengubah hidupnya, Ralf Hart dapat menyentuh hati Maria,tapi Maria mencegah hatinya agar tak hanyut dalam cinta ini. Semakin dia menahan untuk tidak jatuh cinta semakin membaralah cintanya. Yang ada di pikiran Maria,ia tak ingin mencintai seseorang yang akan membuat orang itu merasa terkekang,merasa dalam sangkar maka dia pun membebaskan Ralf Hart agar tak terkungkung dalam ikatan cinta. Tapi ternyata Ralf Hart memberikan Cintanya dengan tulus kepada Maria dan ia mengajarkan bahwa cinta tumbuh bukanlah dari hal seksual semata.
Manakah yang Maria pilih, orang yang dapat mengajarkan bagaimana nikmatnya seks atau pria yang mengajarkan apa itu cinta sejati atau malah dia akan kembali ke tanah kelahirannya? Paulo mengemas runtutan cerita perjalanan Maria seorang pelacur ini dengan apik, bahkan hal-hal yang dianggap tabu seperti seks ia gambarkan dengan vulgar. Paulo ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa seks ga hanya soal nafsu tetapi soal kesakralan. Menariknya lagi di setiap akhir bab,Maria menuliskan refleksinya selama seharian itu kedalam buku hariannya. Sehingga pembaca bisa merasakan apa yang di alami dan di rasakan Maria sebenarnya bukan hanya dari sudut pandang penulis saja.
“Tiga ratus lima puluh franc swiss untuk semalam?” | “Sebenarnya hanya empat puluh lima menit, dan kalau menghitung waktu untuk membuka pakaian, berpura-pura bersikap manis atau sayang, mengobrol sedikit, lalu berpakaian kembali, waktu yang dihabiskan untuk berhubungan intim hanya sekitar sebelas menit.” – halaman 115.
Kutipan tersebut jelas mengatakan bahwa waktu tersebut yang menginspirasi Paulo Coelho untuk menjadikan “Sebelas Menit” sebagai judul novel ini. Waktu rata-rata di mana para penikmat seks melakukan indahnya persetubuhan.
"Aku bukannya membelikan sesuatu yang kau inginkan,sebaliknya kuberikan sesuatu yang benar-benar milikku."
Bagiku kutipan tersebut menarik karena memberi pesan yang dalam. Jika kita memberikan dengan sukarela dan tulus ikhlas sebagian kecil dari hidup kita sama dengan memberi penghargaan atau suatu kepercayaan kepada orang tersebut untuk memiliki sebagian kecil dari kita.
Penasaran ingin mengetahui detail ceritanya? Silahkan baca aja langsung hehehehe
Penasaran ingin mengetahui detail ceritanya? Silahkan baca aja langsung hehehehe