Kuning-kuning bukan pasukan kuning. Kami datang hanya untuk membersihkan gunung semampu kami dan mencoba menularkan virus untuk para pendaki lain disana supaya mau membawa sampahnya turun kembali. Memang tak mudah, ketika kami ingatkan mereka yg buang sembarangan, kami malah di sewoti. Setidaknya kami berusaha memberi contoh bukan sekedar teori untuk mengaplikasikan seruan pertobatan ekologis dalam "Laudato Si" memelihara bumi sebagai rumah kita bersama seperti yang telah Romo Sabas Kusnugroho ungkapkan di Homili sehari sebelum kami berangkat. Dalam Opsih 3 gunung yang diadakan oleh Mutripala (Mudika Trinitas Pecinta Alam)di Garut ini peserta datang dari beberapa kota seperti Jakarta,Bandung,Surabaya & Yogyakarta. Kami dibagi 3 tim yaitu tim Cikuray (2.821mdpl), Papandayan (2.665 mdpl) & Guntur (2.249 mdpl). Kebetulan kami masuk tim Cikuray.
|
Titik awal pendakian |
Pedih di mata dan sesekali terasa asin ketika peluh mengucur melewati mata dan mulut. Waktu menunjukkan pukul 10.30, sudah 2 jam 45 menit kami berjalan dari stasiun pemancar menuju pos 2. Nafas terengah-engah. Tanjakan terus berkesinambungan tanpa ada ampun. Ketika jalan mulai terseok-seok, kaki kupaksa untuk berhenti sejenak. Seteguk air kuminum sekedar membasahi kerongkong karena takut bekal air kami menipis hehehe. Maklum di Cikuray tidak ada mata air jadi kami harus membawa air sendiri untuk kebutuhan ngecamp.Tiap langkah kunikmati sambil menyapa pepohonan, batu, rerumputan karena mereka semua akan jadi teman kami hingga keesokan hari.
|
Sepanjang jalan akan sering menemui jalan yang seperti ini |
|
Macam Tanjakan |
Pukul 12.15 kami tiba di Pos 3 jadi total perjalanan dari stasiun pemancar ke Pos 3 sekitar 4,5 jam. Akhirnya sampai juga di Pos tempat dimana kami akan mendirikan tenda. Tenda belum selesai didirikan tiba-tiba hujan turun. Mau ga mau kami berhujan-hujan ria sambil mendirikan tenda dan menyiapkan hidangan ala kadarnya untuk mengisi perut. Setelah 1 tenda berhasil didirikan kami masuk secara bergerombol untuk mengahangatkan badan.
|
Menanti hujan reda |
Seusai bumi diguyur hujan kami mulai berhamburan keluar tenda untuk menyiapkan hidangan malam. Tiba-tiba ada rombongan dari atas meminta kami untuk memberi tumpangan pada 2 orang perempuan karena sakit dan ditinggal rombongan. Mereka datang berenam ke Cikuray, 3 perempuan dan 3 laki-laki. Entah kenapa akhirnya para lelaki tsb jalan duluan tanpa memperhatikan 3 orang perempuan ini. 1 orang keseleo tapi dia nekat turun kebawah untuk mengejar 3 lelaki rekannya dan 2 orang lagi tinggal di tenda kami. Duh jengkel rasanya sama 3 orang lelaki yang ninggalin temannya ini. Koq tega gitu ya.
Pukul 01.00 dini hari di luar tenda sudah ramai, mereka sengaja membangunkan yang lain untuk persiapan ke puncak. Awalnya aku ragu untuk ikut ke puncak karena takut jadi penghambat teman yang lain sedangkan Vero & Mb Silvana yang selalu menemaniku diperjalanan sampai pos 3 juga tak ikut. Tapi rekan kami yang dari Jogja meyakinkanku bahwa aku sanggup dan tidak akan tertinggal. Semangatku pun kembali dan dengan mantap hati akhirnya pukul 02.15 kami mulai jalan menuju puncak. Dingin menusuk tulang, tanjakan demi tanjakan kembali kutemui. Cikuray saat itu ramai sekali, banyak yang buka tenda dimana saja pokoknya ada tempat datar pasti disitu ada tenda berdiri. Selain tenda yanga da dimana-mana, sampah pun juga bertebaran dimana-mana.
|
Tim yang sampai puncak |
Pukul 05.15 kami akhirnya tiba di bawah satu trap puncak gunung Cikuray. Total 3 jam perjalanan kami tempuh dari Pos 3 sampai puncak dengan melewati pos 4,5,6,7 & 8. Puncak Cikuray super padat seperti pasar minggu. Jalan pun harus gantian saat berpapasan. Kami bertiga, aku, Mb Sari & Mas Bram memilih untuk menepi dibawahnya puncak sambil menunggu mentari menampakkan diri. Tak lupa kami mengabadikan setiap momen yang kami lihat alias selfie :D. Setelah mentari muncul baru kami naik ke atas puncak. Aku kurang bisa menikmati keindahan di atas puncak karena sangat ramai. Di atas puncak Cikuray ada bangunan kotak yang dibangun entah apa tujuannya. Atau mungkin disediakan bagi pendaki untuk berteduh jika hujan turun ya. Entahlah tapi dengan adanya bangunan itu membuat mata tak luas memandang.
|
Corat coret semaunya :( |
|
Pasar Minggu di Puncak Cikuray |
Setelah puas menikmati matahari terbit kami turun agak kebawah dan mulai melakukan opsih. Opsih dibagi 3 tim yakni opsih sekitar puncak sampai dengan pos 7, opsih jalur jadi mereka akan memungut sampah disekitar jalur menuju ke pos 3 dan opsih base camp. Aku memlilih opsih puncak. Ditengah jalan trashbagku sobek dan sampah bercecaran. Untunglah Ryan mau berbagi trashbag untuk menampung sampah hasil jerih payahku:D.
Sesampainya di pos 3 kami melepas penat dan mengisi amunisi untuk bekal turun ke kaki gunung. Setelah tenda dan peralatan sudah kami packing ke dalam carrier, hujan kembali mengguyur. Hatiku sudah dag dig dug karena membayangkan situasi jalan yang licin. Dalam hati aku tak henti-hentinya berdoa supaya aku bisa melalui jalanan ini dengan lancar tanpa menghambat teman-teman yang lain. Pukul 14.15 kami mulai menuruni gunung. Jalan turun curam disertai licin tak jarang beberapa dari kami jatuh terpleset. Tapi untung tidak ada yang sampai luka parah.
|
Hasil jerih payah :D |
Akhirnya kami lolos dari hutan, lega rasanya jalan yang curam telah kami lewati. Sampah-sampah yang kami bawa pun dapat kami parkir ditempat pembuangan. Kelega'an tak berjalan selamanya karena setelah melewati lereng gunung yang indah dan sempat mengabadikan beberapa momen kami dihadapkan oleh jalanan yang super duper licin daripada turunan curam. Yach kami harus melampaui kebun teh walaupun datar tapi tanahnya licin sekali. Kaki harus benar-benar bisa menahan agar tubuh tak jatuh. Langkah demi langkah kami lalui dan ini benar-benar cobaan terakhir karena setelah kebun teh kami dipertemukan jalanan aspal. Itu tandanya berakhirlah perjalanan kami menuruni gunung Cikuray pada pukul 17.15. Waktu yang kami butuhkan saat menuruni dari pos 3 menuju ke awal pendakian sekitar 3 jam.
Kami tidak hanya sekedar memungut sampah seperti pasukan kuning biasanya tapi kami juga memberi pesan terhadap pendaki lain agar membawa sampahnya turun. Tak jarang kami menegur pendaki lain yang turun tanpa terlihat trashbag/sampah yang dibawa turun dan mereka cuma cengar cengir. Kesadaran akan kepeduliaan lingkungan harus kita tanamkan dilubuk hati kita masing-masing agar gunung yang mempesona keindahahnnya tak menjadi gunung yang menyimpan ribuan sampah. Gunung bukan tempat sampah. Yuk bawa lagi sampahmu saat turun gunung!!!
Surabaya, 17 Mei 2016